SELINTAS PERJALANAN HIDUP MANUSIA
Oleh : Prof. Dr. Thohir Luth, MA (Ketua PPA-UB, Guru Besar Ilmu Hukum Islam di FHUB)
A. Hidup Manusia
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah SWT diantara semua makhluk yang ada di jagat ini (QS Al-Isra : 70). Kemuliaan manusia karena diberi hidayah berupa akal sehat dan hidayah beragama. Bahkan diantara makhluk di alam semesta ini bisa menikmati kebahagiaan berupa surga karena amal salihnya dan menikmati neraka karena perbuatan dosanya hanyalah manusia (QS. Al-Baqarah : 30). Tidak hanya itu saja, tetapi manusia juga dikarunia kekuatan sebagai ulul al-bab (men of understanding). Dengan tanda utamanya yaitu: berzikir, berfikir dan berbuat (QS. Ali-Imran: 191).
Manusia memang memiliki berbagai kemuliaan, keistimewaan sekaligus juga memiliki multi kelemahan. Bagaimana manusia merespon secara positif dan memanfaatkan secara optimal untuk kebaikan itulah. Kemuliaan dan keistimewaannya, demikian pula sebaliknya. Pendek kata, mulia atau tidaknya manusia itu sendiri, bukan orang lain, atau lingkungan. Karenanya jangan pernah menyalahkan orang ataupun lingkungan, tetapi salahkan pada diri sendiri mengapa terjebak, tersesat dan tertarik pada hal-hal yang menimbulkan dosa dan maksiat.
Keberadaan manusia yang diciptakan Allah itu bukan tanpa tujuan, melainkan untuk beribadah kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat : 56). Selain itu untuk mencari keutamaan hidup dan ridha-Nya (QS. Al-Fath : 29). Disilah mengapa manusia diperintah Allah SWT untuk melakukan dua hal terpenting dalam kehidupannya yaitu : Iman dan Amal Sholeh. Dengan demikian manusia menikmati kebahagiaan hakiki baik didunia ini maupun di hari akhir kelak. Tanpa itu manusia akan merasakan berbagai penderitaan yang sejatinya memasukkan mereka pada daftar orang-orang merugi (QS. Al-Ashr : 1-3).
B. Perjalanan Hidup Manusia
Nabi SAW pernah dalam satu sabdanya berkata : bahwa keberadaan manusia di dunia ini bagaikan seorang perantau yang akan kembali pada kampung asalnya. Jadi, dunia buat manusia adalah sebuah perjalanan singkat sebagai perantau. Dalam perjalanan singkat itu manusia disuguhkan berbagai hidangan dunia, yaitu hidangan yang menunai berkah dan pahala, serta hidangan yang membawa dosa dan azab. Akankah manusia memilih hidangan berkah atau azab? Di tangan manusia lah itu semua bisa terjadi. Yang jelas perjalanan hidup singkat manusia ini tidak pernah lepas dari pertanggungan jawabnya kepada Allah SWT (QS. Al-Takatsur : 8). Pertanggungan jawab seperti apa? Iya semua nikmat yang diberikan Allah kepada manusia itulah akan dimintai pertanggungan jawabnya. Seperti juga diriwayatkan dalam hadist Rasulullah : tentang sholatnya, tentang umurnya, tentang anggota tubuhnya, tentang ilmunya, tentang hartanya dan lain sebagainya.
Manusia dalam posisi ini tidak bisa mengelak apalagi mengingkarinya kecuali akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya kepada Allah SWT. Dan satu-satunya yang dapat menolong manusia dan meringankanya adalah hanya dengan beramal shalih, atau berbuat kebajikan. Yaitu : berusaha berbuat baik dan membagi kebaikan terhadap sesama dengan konsep dasarnya adalah : Ta a’wun (saling tolong menolong dalam kebaikan). Pada konsep dasar tersebut sebenarnya satu jalan praktis untuk mendapatkan akhir kehidupan yang baik (husn al-khatimah). Karena bagaimanapun juga manusia akan sampai pada batas kehidupan melalui sebua proses al-maut (kematian), yaitu berpisahlah roh dari jasat manusia. Ketika itu seluruhnya menjadi sia-sia kecuali amal shalih, dan perintah untuk beramal shalih itu adalah bentuk dari Rahman Rahimnya Allah pada manusia. Sayangnya tidak semua manusia menyadarinya, bahkan betapa keparatnya manusia denga hobby berbuat dosa dan maksiat.
Akhir sebuah perjalanan dengan proses kematian pasti dan pasti terjadi. Dan kejadian tersebut tidak ada satu manusia pun mampu memprediksinya (unpredictable). Sehingga kewajiban manusia adalah menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapinya. Dan satu-satunya persiapan yang terbaik adalah : Taqwa dan Berserah Diri (QS. Ali Imran : 102). Disinilah sebuah perjalanan hidup menuju akhir kehidupan yang bermakna bagi manusia.
Apa yang kita lakukan hari ini pelatihan dan pelaksanaan perawatan jenazah merupakan salah satu rangkaian kegiatan kita membagi kebaikan bersama berupa menolong sesama termasuk yang telah meninggal dunia. Pelatihan ini tampaknya sederhana tetapi manfaatnya teramat mulia, yaitu memberikan empati pada keluarga dalam bentuk perawatan jenazah (almarhum-almarhumah). Sela0in itu juga dengan kegiatan tersebut berarti kita menghidupsuburkan ketentuan Islam, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan kewajiban kita terhadap jenazah.
C. Hanya Satu Pilihan
Kesenangan hidup sementara ini buat orang-orang kafir adalah kesempatan untuk memenuhi syahwat mereka. Buat mereka, hidup untuk kepuasan syahwat, sehingga mengahalalkan segala cara untuk mencapai tujuan adalah lumrah, bukan barang tabu. Mereka tidak pernah merasa berdosa atas perbuatan dosanya, bahkan menjadikan dosa sebagai model hidup. Kehidupan seperti ini sekarang sudah mulai merambah dimana-mana sampai pada wilayah hidup orang beragama. Bukan mustahil orang-orang beragamapun bisa menjadi mangsa mereka.
Bagi orang beriman hidup di dunia ini hanya satu pilihan : yaitu hidup mulia (I’sy Kariman) atau mati syahid (au mut syahidan). Satu-satunya pilihan hidup tersebut merupakan konsekwensi logis dari keimanan kita pada Allah SWT. Sehingga kata orang bijak : berbuat salah cukup sekali tapi berbuat baik tidak cukup satu kali. Artinya dunia buat orang beriman itu adalah tempat untuk berlomba dalam kebajikan. Hanya dengan itu kita akan memperoleh kemuliaan dunia akhirat. Kemuliaan hidup seperti inilah menjadi harapan dan kenyataan bagi orang beriman, dan hanya itulah menjadi kekayaan kita. Semoga……… [kim]