Rajab Bulan Yang Mulia dan Banyak Keagungan

Tanpa terasa, kita telah menjalani bulan Rajab di Tahun 2020. Beraneka kejadian dan peristiwa terus berlalu silih berganti, mengisi tiap detik, menit, jam, hari dan minggu-minggu kita. Berbagai kondisi kita lalui, ada kebahagiaan yang kita rayakan dan ada pula kesedihan dan kekhawatiran yang kita rasakan. Namun kita harus tetap hidup tanpa putus asa, selalu optimis dan berkhusnudhon kepada Allah, bahwa setiap rintangan dan himpitan hidup selalu ada jalan keluarnya, dan Allah menyiapkan pelajaran penting dibalik itu semua. Terutama menghadapi wabah virus yang akhir-akhir ini melanda umat dunia.

Ketaqwaan adalah pangkal dari segala sikap dan keputusan umat muslim untuk menghadapi masalah duniawi, maka marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Lebih-lebih pada bulan Rajab ini, bulan yang mulia di sisi Allah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:

ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْم خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتَ وَالْأرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ حَرَمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat 12 bulan yang diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa Bulan rajab adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Maka sebagai konsekwensi dari ketaqwaan kita kepada Allah dan kepercayaan kita kepada Rasulullah Muhammad SAW. Pada Bulan ini banyak kejadian penting bagi umat Muslim, diantaranya perintah shalat lima waktu dengan adanya Isra’ Mi’raj, embargo kaum kafir Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam di tahun kedelapan dari kenabian.

Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita bahwa Allah pasti memiliki rencana, kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai cobaan yang kita rasakan. Isra’ Mi’raj Rasulullah di bulan Rajab merupakan sebuah pelajaran sangat berharga bagi kita bahwa setiap kesusahan dan rintangan dalam menjalankan misi dakwah pasti digantikan dengan anugerah yang menjadikan hidup kita lebih berkualitas. Allah SWT berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينََ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan-bulan tersebut, dan perangilah kaum musyrikin sebagaimana mereka pun memerangi kamu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah, 9:36)

Tafsir Ath-Thabari menyebutkan bahwa keempat bulan haram yang dimaksud adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karenanya, mereka tidak mengenal peperangan yang terjadi pada bulan-bulan ini.

Sungguh di bulan Rajab ini terdapat sebuah i’tibar (pelajaran) yang sangat berharga untuk kita teladani bersama. Pelajaran tentang ketabahan dan keyakinan kepada balasan Allah Yang Maha Bijaksana. Pada tahun kedelapan dari kenabian, Rasulullah SAW mendapatkan beberapa cobaan yang teramat berat baginya dan bagi para pengikutnya. Ujian itu adalah embargo kaum kafir Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam. Aksi embargo ini masih dijalankan meskipun waktu telah memasuki bulan Haram. Artinya Nabi beserta para sahabatnya tetap merasakan penganiayaan dan kedhaliman dari mereka yang biasanya menghentikan segala aktivitas permusuhan terhadap lawan-lawannya.

Setelah delapan tahun mendakwahkan agama Allah kepada kaumnya dengan didampingi dan dilindungi oleh pamannya (Abu Thalib) dan istrinya (Khadijah), maka pada tahun ini Rasulullah harus rela ketika keduanya dipanggil menghadap Allah SWT. Dengan demikian, pada waktu itu Nabi tiada lagi memiliki pembela yang cukup kuat di hadapan kaumnya sendiri yang memusuhi kebenaran.

Sehingga Rasulullah kemudian mengijinkan kepada para pengikutnya untuk berhijrah ke Thaif. Namun rupanya Bani Tsaqif yang menguasai tanah Thaif tidaklah memberikan sambutan yang baik. Mereka yang datang meminta pertolongan justru diusir dan dihinakan sedemikian rupa. Rasulullah dan sahabatnya dilempari batu hingga harus kembali dengan kondisi berdarah-darah.

Seluruh cobaan berat ini dialami Rasulullah dan para sahabatnya pada tahun yang sama, yakni tahun kedelapan semenjak Rasulullah diangkat sebagai Nabi akhir zaman. Atas cobaan yang taramat berat dan bertubi-tubi ini, maka Allah SWT kemudian memberikan perjalanan Tauhid untuk menyegarkan kembali ghirroh (Semangat) perjuangan dakwahnya dalam menegakkan keyakinan dan kebenaran Islam.

Isra’ Mi’roj ini sejatinya adalah sebuah pesan kepada seluruh umat Muhammad bahwa, segala macam cobaan yang seberat apa pun haruslah kita lihat sebagai sebuah permulaan dari akan dianugerahkannya sebuah kemuliaan kepada kita. Seperti akhir-akhir ini mewabahnya virus corona, maka harus kita hadapi dengan sabar, tabah dan tetap menggunakan akal sehat berusaha sekuat tenaga melakukan penyembuhan secara alami dan medis. Maka di balik musibah tersebut akan kita temui i’tibar (pelajaran) penting berkaitan tentang ekonomi, politik dan teknologi yang berkembang saat ini yang merupakan hasil produk sains dan kebiasaan manusia yang kadang melampaui batas.

Umat Islam sebagai umat terbaik semestinya senantiasa menunjukkan sikap kedewasaan dan kematangan dalam berinteraksi dengan umat-umat lain. Terutama dalam memerangi musibah akhir-akhir ini, kita sebagai umat manusia harus saling tolong menolong tidak mencari keuntungan sendiri apalagi mencari untung di tengah musibah melanda di saat banyak orang membutuhkan masker dan hand sanitizer (antiseptik).

Umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam. Hal ini dikarenakan, Islam menghargai peraturan-peraturan sebelum Islam, seperti halnya khitan dan haji yang telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Dalam skala intern umat Islam, semestinya senantiasa menjaga ikatan persaudaraan dan silaturrahim demi memperkuat ketaqwaan, keimanan dan persaudaraan sesama Muslim. Dengan demikian maka, Bulan Rajab adalah bulan mulia yang harus kita sambut dengan menambahkan ketaqwaan dan keikhlasan. Hingga keteguhan dan keberanian menghadapi hidup dalam setiap kondisi. (Khalid/Must)