POLITIK, OH POLITISI BUSUK (Satu Catatan Lepas)

Oleh: Prof. Dr. Thohir Luth, MA

Guru Besar Ilmu Hukum Islam di Fakultas Hukum UB

Ketua Pusat Pembinaan Agama UB

Ketua PWM JATIM

Term politik menurut pandangan para ahli berasal dari bahasa Yunani, dari kata polis yang berarti Negara, Kota. Politisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang berkaitan dengan politik. Aristoteles menyebut Politik sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menyebutkan: politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “Siyasah” arti harfiahnya: mengurus, melatih, mendidik. Pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Saya memaknai politik sebagai usaha manusia yang berkompeten dalam bidang politik untuk mewujudkan kebaikan masyarakat dalam negara-kota. Jadi politik dan kegiatan politik sejatinya baik, karena menyangkut kebaikan bersama sebagaimana paham politik menurut Ariestoteles. Disini, saya tidak sependapat dengan pandangan orang bahwa politik itu kotor. Bagaimana mengatakan politik itu kotor, sedang maknanya adalah mengurus, melatih, dan mendidik? Makna dari kata politik tersebut menunjuk satu konsep tentang kebaikan, berikut aplikasinya untuk kebaikan bersama. Jadi mengatakan politik itu kotor sebenarnya cermin jiwa emosional seseorang yang salah kaprah mengartikannya.

Politik itu baik, yang membuat dia kotor karena politisinya yang busuk, yaitu perilaku politik yang menghalalkan segala cara mencapai tujuan. Disinilah muncul politisi-politisi busuk dalam percaturan politik untuk mendapat kekuasaan secara ilegal, mendulang rizki dengan korupsi menjegal dan membantai lawan politik secara biadab, membentuk opini publik dengan makar-makar jahat dan lain sebagainya.

Dimana-mana di dunia ini kita mengenal politisi baik dan juga politisi busuk. Politisi baik biasanya mereka menyadari politik sebagai instrumen untuk mewujudkan kebaikan bersama. Sehingga apapun kekuasaan yang mereka sandang adalah jabatan amanah dan mereka secara konsekuen dengan berbagai resikonya untuk menepati amanah tersebut, kendatipun nyawa taruhannya. Politisi yang amanah ini menurut saya, adalah mujahid fi sabilillah; para pejuang di jalan Allah. Mereka sedang dan terus berjuang untuk menciptakan kepentingan dan kebaikan bersama (Ria’yat al-masalih al-ummah). Derajat mereka sama dengan para mujahid fi sabilillah yang berjuang menegakkan kebenaran, menghapus kebatilan di jalan agama, bahkan politisi tersebut adalah juga bagian dari agama. Karenanya mewujudkan kebaikan bersama melalui politisi yang amanah ini adalah satu keharusan (it must).

Politik, Oh Politisi Busuk

Oh Politisi busuk, engkau mengalih politik yang bermakna kebaikan menjadi satu konsep dan aplikasi yang menghancurkan kehidupan sesama. Engkau melakukan penghianatan berencana dan sengaja mencabut kebahagiaan publik tanpa hati nurani. Engkau raja tega memangsa seluruh kebutuhan manusia, hanya karena memuaskan kerakusanmu. Kursi kekuasaanmu kau jadikan alat untuk mendapatkan rizki-rizki haram. Di otakmu hanya ada kekuasaan dan uang, sehingga pikiranmu hanya dengan kekuasaan bisa mendapatkan uang/harta karun kendatipun dengan cara menipu atau menjegal.

Engkau mengira bahwa semuanya itu bisa membahagiakanmu, padahal sedang membakar kebahagiaanmu menjadi orang yang paling tidak bahagia. Jalan sesat yang engkau tempuh itu sebenarnya hanya mempertinggi tempat jatuhmu ke jurang kebinasaan. Penyalahgunaan wewenang (a buse of power) dan perbuatan korup yang engkau lakukan sejatinya sedang menggiringmu menuju neraka dunia sehingga menanti neraka akhirat. Tanpa engkau sadari bahwa perbuatan durjanamu itu telah memperpanjang list (daftar) tunggu untuk menikmati hotel prodeo di rutan sambil menanti ajal. Engkau telah membuat bencana ke manusia dan meruntuhkan peradaban bangsa/ummat, sehingga selamanya engkau dikenang sebagai “politisi busuk”, kalau tidak disebut “politisi biadab”. Suara kebenaranmu mengumbar janji-janji kemanusiaan tanpa bukti di panggung politik membuat publik terkesima. Padahal engkau adalah seorang munafik yang berkata tapi berdusta, yang berjanji tapi mengingkari, dipercaya tapi mengkhianati (baca hadist : Ayat Al-Munafik). Kau telah merenggut nyawa dan harta benda manusia yang tidak berdosa dan menjadikan semuanya itu sebagai tumbal politikmu tanpa prikemanusiaan . Engkau mengubah Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa, sehingga politik uang (money politics) menjadi kiblatmu.

Kepadamu Wahai Sahabatku, aku mengajakmu untuk merenung dan menjawab satu pertanyaan Allah : dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat : 16, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hatinya mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah diturunkan (kepada mereka). Mari Kita bertaubat wahai sahabatku, mari kita kembali ke jalan yang benar sebelum ajal menghampiri. Semoga.