Perintah Ikhlas dalam Al-Qur’an juga disebut dalam Q.S. Az-Zumar; 3, An-Nisa; 146, Al-Kahfi; 110 dan sejumlah ayat lain baik secara eksplisit maupun implisit. Hanya saja, istilah ikhlas di zaman sekarang mengalami distorsi makna sebagaimana istilah-istilah kunci Islam yang lain seperti istilah fitnah, iman, kafir, Islam, amal salih, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, istilah ikhlas banyak digunakan dengan makna rela, misalnya dalam kalimat
“Buruknya akhlak menandakan lemahnya iman”, demikian kata Syaikh Abdurrahman As-Sudais.
Kuatnya tauhid dan tekunnya ibadah tidak akan sempurna tanpa berbuah keluhuran akhlak. Layaknya pohon yang tak berbuah. Bukankah petani jika menanam, pastilah dia menunggu dan berharap akan buahnya. Seorang muslim haruslah mampu menjadi pohon yang rindang dan berbuah manis. Dia mampu memberi keteduhan dan manfaat bagi makhluk Allah lainnya (QS. 14:24-25).