[:id]terlebih dahulu mahasiswa dibekali dengan pengetahuan perawatan jenazah dari perspektif medis. Kali ini dipandu oleh dr. Reyhan Andika Firdausi, Sp. F. Dalam pemaparannya juga menjelaskan secara detail dan rinci[:]
Allah lebih besar dari kesombongan orang-orang yang merasa sombong di muka bumi ini. Allah lebih besar dari kepongahan orang-orang yang berduit dan memegang kekuasaan.
seharusnya merasa bersyukur atas perintah dan dari kasih sayang dari Yang Maha Kuasa tersebut. Tetapi de facto dalam hidup kebanyakan orang lebih suka kufur dari pada bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur) maka sesungguhnya, Allah Mahakaya, Maha Terpuji (QS: Lukman:2)
Betapa indah dan bahagianya kita, jika hidup ini menanam kebaikan dan taqwa sebagai bukti syukur kepadaNya. Demikian pula betapa sengsaranya hidup ini menanam keburukan dan kekufuran, maka azab itulah jawabannya.
Kita memang tidak boleh menilai-nilai orang lain. Tetapi orang lain mau tidak mau, suka tidak suka tetap ia akan menilai kita. Karenanya menjaga lisan ialah untuk menyelamatkan kita dari penilaian buruk, disebabkan lisan yang terjaga. Lisan yang lepas dan tak terjaga bisa sangat membahayakan.
“Sekiranya engkau memanfaatkan tali, kemudian mencari kayu bakar, lalu kamu panggul di atas pundakmu, lalu menjualnya, sehingga dengan itu Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), hal seperti itu jauh lebih baik dari meminta bantuan kepada orang lain, baik mereka memberinya atau menolaknya”. (HR. Bukhari, 1384).
Hukum Tuhan (Lex Devina) tidak hanya dilihat dari kebutuhan kita terhadapnya, tetapi juga harus difahami dan diyakini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan kita padaNYa. Tinggi rendahnya, kuat, lemahnya iman kita pada Yang Maha Kuasa, sangat bergantung pada tinggi rendahnya dan kuat lemahnya ketaatan kita padaNya melalui kitab suciNya.
[:id]Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan daripada perpisahan dengan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju titik fitrah. Yaitu, titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Allah SWT. menurunkan Al Qur’an untuk menjadi pedoman agar manusia tetap komitmen[:]
Dalam pemaknaan ini, seorang pelaku Ramadhan tidak memanfaatkan energi potensial yang bisa ditransformasikan menjadi perilaku serta dampak sosial yang positif. Terlampauinya ritus Ramadhan tidak mempertemukan para pelakunya dengan berbagai macam persoalan sosial dalam satu garis hubung. Kemampuan kita mengamalkan seluruh ritus di dalam bulan Ramadhan
Ada fenomena yang tidak asing lagi bagi kita dengan datangnya bulan yang suci ini, yaitu fenomena melonjaknya harga bahan pokok, adalah suatu ketidakwajaran, jika suatu kejadian terjadi dengan berulang-ulang?